NEWSCAIRSCORE Berita Bola Terkini

Gol Honoka Hayashi Hentikan Rekor Chelsea, Everton Menang 1-0 di WSL

 

Cairscore – Rentetan tak terkalahkan Chelsea di Liga Super Wanita akhirnya patah. Setelah 585 hari tanpa tersentuh kekalahan liga sejak Mei 2024, The Blues takluk 0-1 dari Everton, Minggu, sekaligus mengakhiri rekor 34 laga beruntun tanpa kalah di ajang domestik. Pahlawan kemenangan The Toffees adalah gelandang Jepang, Honoka Hayashi, yang menyambar umpan silang Toni Payne di tiang jauh untuk menaklukkan lini belakang Chelsea yang selama ini dikenal kukuh.

Kekalahan ini menandai hasil pahit pertama Chelsea di WSL sejak akhir musim 2023-24, periode di mana mereka menutup kompetisi tanpa sekali pun tumbang. Sejak tongkat kepelatihan berpindah dari Emma Hayes ke Sonia Bompastor musim lalu, Chelsea tetap terlihat superior di liga—sampai momen Hayashi memecahkan kebuntuan. Bagi Bompastor, ini adalah kekalahan perdananya di WSL sebagai pelatih The Blues, sekaligus peringatan bahwa dominasi tanpa cela bukan jaminan abadi di kompetisi yang kian kompetitif.

Pertandingan berlangsung dalam tensi tinggi, dengan Chelsea memikul beban ekspektasi untuk memperpanjang rekor gemilang mereka dan Everton datang dengan rasa lapar untuk membuktikan kapasitas. The Blues menguasai bola untuk waktu lama dan mencoba menekan lewat rotasi di area sayap, namun organisasi bertahan Everton terjaga rapi. Blok menengah-rendah tuan rumah (atau tim biru Merseyside) disiplin menutup kanal umpan ke area berbahaya, memaksa Chelsea banyak mengirim umpan silang dan mencoba dari jarak menengah. Ketika ruang itu akhirnya terbuka di sisi sebaliknya, Everton memanfaatkannya dengan efisien: Payne menemukan celah di flank, mengirim bola mendatar melintasi kotak, dan Hayashi berlari timing sempurna untuk menyambar di tiang jauh. Satu peluang bersih, satu eksekusi klinis, satu gol yang mengubah alur laga.

Di sisi mental dan fisik, duel ini menyedot segalanya dari kedua kubu. Bek Everton, Ruby Mace, menggambarkan intensitas tersebut usai laga. “Saya pikir hari ini adalah pertandingan di mana kami harus membuktikan diri menghadapi sang juara. Bagi kami, kami telah membuktikannya hari ini,” ujarnya kepada BBC. “Saya sangat bangga dengan tim saya dan Everton… Keringat, darah, dan air mata hari ini. Saya sangat bangga dengan tim ini. Kami katakan saat jeda babak pertama, satu-satunya yang akan mengalahkan tim ini adalah mereka yang mempertaruhkan nyawa.” Ucapan Mace mencerminkan penampilan Everton yang berangkat dari disiplin, keberanian, dan pengorbanan di tiap duel.

Secara taktik, Everton menang di detail: mengompakkan jarak antarlini, menjaga area half-space tetap steril dari kombinasi cepat Chelsea, serta memanfaatkan momen transisi untuk menyengat. Sementara itu, Chelsea tampak kesulitan memecah struktur lawan. Sirkulasi bola The Blues berjalan, namun tempo pemindahan sisi ke sisi tidak cukup cepat untuk membelah blok yang terorganisasi. Di sepertiga akhir, keputusan akhir kerap tidak tepat sasaran, dan ketika peluang muncul, eksekusi tidak setajam biasanya. Dalam duel margin tipis seperti ini, satu umpan silang tepat Payne dan gerak tanpa bola Hayashi menjadi pembeda paling jelas.

Hasil ini punya dampak langsung pada peta persaingan gelar. Setelah 10 pertandingan, Chelsea kini tertinggal enam poin dari pemuncak klasemen Manchester City. City mengumpulkan 27 poin usai menundukkan Leicester City 3-0 lewat tiga gol di pengujung laga, dengan Bunny Shaw berperan besar lewat dua gol dan satu assist. Bagi Chelsea, jarak ini masih bisa dikejar, namun mengharuskan respons cepat agar momentum tak bergeser semakin jauh ke kubu Manchester.

Kemenangan atas Chelsea juga menjadi yang kedua bagi Everton di musim ini, sebuah dorongan kepercayaan diri yang mengangkat mereka ke peringkat kesembilan. Di luar tiga poin, nilai tambah utamanya adalah validasi atas kerja taktis dan karakter tim asuhan pelatih mereka: berani menunggu, tahu kapan menekan, lalu mematikan saat peluang emas datang. Dalam liga setajam WSL, kemenangan seperti ini bisa menjadi titik balik—menegaskan bahwa tim yang solid dan terencana mampu menundukkan favorit juara.

Bagi Chelsea, kekalahan ini memberi serangkaian pekerjaan rumah: meningkatkan kecepatan sirkulasi bola untuk merobek blok rendah, menajamkan keputusan di sepertiga akhir, serta menjaga stabilitas emosi saat mengejar ketertinggalan. Rekor panjang mereka mungkin telah berakhir, tetapi kompetisi masih panjang. Reaksi dalam pekan-pekan mendatang akan menentukan apakah hasil ini hanya batu sandungan sesaat atau justru sinyal perubahan arah dalam perburuan gelar.

Pada akhirnya, 585 hari tanpa kekalahan adalah capaian monumental—dan justru karena itu, akhir rekornya mengundang sorotan sebesar kemenangan lawan. Everton mengeksekusi rencananya dengan cemerlang, Hayashi mencetak gol yang akan diingat, dan WSL kembali menegaskan reputasinya sebagai liga yang tak memberi ruang bagi kelengahan, bahkan pada tim paling dominan sekalipun.

HOT NEWS

TRENDING

Dua Sundulan Kounde Bawa Barcelona Comeback 2-1 atas Frankfurt, Kans Delapan Besar…

Bayern Balikkan Sporting 3-1, Tiket Puncak Klasemen Kian Terbuka

Palmer Diparkir Demi Pulih Total: Chelsea Prioritaskan Keamanan Jelang Tandang Liga Champions…

Angin Bisa Berbalik: Xabi Alonso Hadapi Malam Penentu di Bernabéu Jelang Madrid…

Bek Jadi Bintang, Foden Menyegel Kemenangan: Manchester City Libas Sunderland 3-0, Selisih…

Scroll to Top