Lionesses Torehkan Sejarah Ganda: Pertahankan Gelar Euro Wanita 2025 di Basel, Pesta Rakyat Megah Menyambut di London

Cairscore – Gemuruh sorak-sorai menggema dari Basel hingga ke seluruh penjuru Inggris ketika wasit meniup peluit panjang tanda berakhirnya final UEFA Women’s Euro 2025, Minggu (27/7/2025) malam. The Lionesses, timnas sepak bola wanita Inggris, mengukir prestasi monumental: menjadi tim Inggris pertama yang menjuarai turnamen besar di luar negeri sekaligus mempertahankan gelar Kejuaraan Eropa—sebuah pencapaian terakhir yang hanya pernah dilakukan Jerman dua dekade silam. Kemenangan dramatis atas Spanyol melalui adu penalti (3-1) usai bermain imbang 1-1 selama 120 menit itu langsung memicu rencana perayaan nasional megah. Para pahlawan berseragam putih itu akan disambut resepsi kenegaraan di Downing Street Senin malam , sebelum menggelar parade bus atap terbuka spektakuler melintasi jantung London pada Selasa , mengulangi bahkan melampaui kemeriahan penyambutan usai Euro 2022.

Pertarungan sengit di St. Jakob-Park menjadi ujian ketangguhan sejati. Spanyol, sang juara dunia, sempat unggul lewat gol Aitana Bonmatí di menit ke-67, sebelum Lauren James menyamakan kedudukan delapan menit kemudian. Babak perpanjangan waktu berjalan alot dengan kedua tim menunjukkan kelelahan fisik yang nyata, diperparah dengan kartu merah untuk penyerang Spanyol Salma Paralluelo di menit ke-97. Peluang Leah Williamson memenangkan laga di detik-detik akhir perpanjangan waktu mentah setelah tendangannya menghantam mistar gawang. Drama pun berpuncak pada adu penalti. Di bawah sorotan 15.000 pasang mata dan tekanan yang mencekam, kiper Mary Earps tampil sebagai benteng terakhir dengan menepis penalti Olga Carmona. Chloe Kelly, sang penentu kemenangan Euro 2022, kembali mengukuhkan reputasinya sebagai “Ratu Momen Besar” dengan mengeksekusi penalti penentu penuh keyakinan. Momen itu langsung disambut luapan euforia tak terbendung—mulai dari fan zone raksasa di Trafalgar Square, pub-pub lokal yang penuh sesak, hingga lapangan sekolah di seluruh Inggris, bendera St. George berkibar di mana-mana.

Rencana penyambutan pun segera dirancang sebagai bentuk penghormatan tertinggi bangsa. Malam Senin (28/7), Lionesses akan menjadi tamu kehormatan di No. 10 Downing Street. Mereka akan disambut langsung oleh Wakil Perdana Menteri Angela Rayner dan Menteri Olahraga Stephanie Peacock. Trofi UEFA Women’s Euro 2025 yang berkilau akan dipajang dengan bangga di ruang Kabinet, simbol pengakuan atas prestasi nasional. Perdana Menteri Keir Starmer, dalam pernyataan penuh kebanggaan, menegaskan, “Mereka bukan hanya mengangkat trofi, tetapi telah menyalakan api harapan di hati jutaan anak perempuan di seluruh negeri. Tekad baja, ketangguhan mental, dan semangat kebersamaan yang mereka peragakan di Basel adalah cerminan terbaik dari jiwa Inggris.”

Keesokan harinya, Selasa , puncak perayaan rakyat akan digelar. Dimulai pukul 11:00 BST dari Mansion House, konvoi bus atap terbuka berlapis emas akan membawa para juara melintasi ikon-ikon London. Rute yang dirancang merayakan keberagaman dan sejarah kota itu akan melewati jantung distrik finansial di Canon Street dan Fleet Street, disambut sorak pekerja kantoran; menerobos pusat hiburan teater di Aldwych dan Strand; menyapa lautan penggemar yang memadati fan zone raksasa di Trafalgar Square; melintasi pusat kekuasaan politik di Whitehall dan Parliament Square; sebelum akhirnya memasuki jalan utama The Mall. Di sana, puluhan ribu fans yang telah menanti sejak pagi akan menyambut dengan gegap gempita. Akhir perjalanan epik ini akan berujung di depan Istana Buckingham, tempat para Lionesses disambut dengan upacara penghormatan di panggung khusus—sebuah tradisi sakral yang sebelumnya hanya disematkan pada timnas pria pemenang Piala Dunia 1966 dan Euro 2022.

Dukungan dan kebanggaan tak hanya datang dari pemerintah. Istana Kerajaan pun menyampaikan sanjungan terhormat. Raja Charles III, dalam pesan khususnya, menyatakan, “Seluruh Keluarga Kerajaan memancarkan rasa bangga dan kekaguman terhangat kami. Keberanian dan semangat juang yang diperlihatkan Lionesses di Basel telah berhasil merajut seluruh bangsa dalam satu tenunan kegembiraan yang sama.” Sang Raja bahkan melemparkan tantangan ambisius untuk masa depan, “Pencapaian ini luar biasa, tetapi misi berikutnya sudah menanti: bawa pulang Piala Dunia 2027!” Putri Charlotte, yang disebutkan turut menyaksikan final secara langsung di Basel, dikabarkan memberikan ucapan selamat secara pribadi kepada para pemain, menambah kemeriahan suasana.

Di tengah gegap gempita ini, nama Chloe Kelly kembali bersinar terang. Pemain berusia 27 tahun itu semakin mengukuhkan legenda pribadinya sebagai pemilik momen-momen krusial. Replikasi perannya dalam dua final Euro berturut-turut sungguh mencengangkan: di Euro 2022 Wembley, ia masuk sebagai pemain pengganti dan mencetak gol kemenangan di menit ke-110 untuk mengalahkan Jerman 2-1; di Euro 2025 Basel, ia kembali masuk di babak kedua dan dengan mental baja menjadi eksekutor penalti penentu kemenangan melawan Spanyol. “Chloe adalah magnet momen besar. Saat kegugupan melanda pemain lain, dia justru menemukan ketenangan surgawi dan kejelian yang luar biasa,” puji manajer Sarina Wiegman, yang sendiri mencatatkan sejarah sebagai arsitek pertama yang memenangkan dua gelar Euro berturut-turut dengan tim berbeda (Belanda 2017, Inggris 2022 & 2025).

Kemenangan bersejarah ini memiliki resonansi yang dalam melampaui sekadar sebuah trofi. Inggris kini tercatat sebagai negara pertama sejak era keemasan Jerman (1997 & 2001) yang sukses mempertahankan mahkota tertinggi sepak bola wanita Eropa. Lebih membanggakan lagi, gelar ini merupakan yang pertama diraih tim Inggris di turnamen besar di luar tanah airnya, setelah Piala Dunia 1966 dan Euro 2022 sama-sama dimenangkan di kandang sendiri, Wembley. Kesuksesan beruntun ini menjadi bukti nyata revolusi sepak bola wanita Inggris. Pasca gelar Euro 2022, terjadi lonjakan signifikan (40%) partisipasi pemudi di akademi sepak bola. Gelombang kemenangan kali ini diperkirakan akan semakin mendorong investasi besar-besaran, termasuk rencana ekspansi Liga Super Wanita (WSL) menjadi 16 tim dan pembangunan fasilitas pelatihan elite baru di Burton. Warisan sosialnya pun tak kalah penting: ribuan anak perempuan kini memandang James, Earps, dan Kelly sebagai idola baru, sementara perayaan megah di pusat kekuasaan dan budaya London menegaskan bahwa sepak bola wanita telah menjadi arus utama budaya populer Inggris, bukan sekadar cabang olahraga.

Maka, ketika bus emas Lionesses membelah lautan manusia di The Mall pada Selasa siang, lantunan lagu kebangsaan “It’s Coming Home” yang bergemuruh bukan hanya merayakan dua trofi Eropa yang berkilauan. Sorak itu adalah nyanyian kemenangan untuk sebuah warisan abadi: inspirasi tanpa batas bagi generasi penerus, terobosan kesetaraan dalam dunia olahraga, dan pengakuan bahwa sepak bola Inggris—dalam segala bentuknya—tetap menjadi kekuatan global yang disegani. Tantangan Raja Charles untuk Piala Dunia 2027 bukan lagi sekadar harapan, melainkan sebuah misi konkret yang kini terlihat semakin mungkin diraih. Dari puncak kejayaan Eropa di Swiss, perjalanan panjang Lionesses menuju kejayaan dunia di tahun 2027 resmi dimulai, digerakkan oleh semangat jutaan anak bangsa yang kini percaya: impian memang bisa menjadi nyata.